Palangkaraya – Sekelompok mahasiswa Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes Palangkaraya berhasil menciptakan sebuah produk makanan ringan inovatif yang diberi nama KUKU Chips. Produk ini merupakan camilan sehat berbasis pangan lokal yang menggabungkan tiga bahan utama khas Kalimantan Tengah, yaitu daun kelakai, ubi ungu, dan kulit udang. Melalui inovasi ini, para mahasiswa tidak hanya mendukung gaya hidup sehat, tetapi juga berupaya melestarikan budaya pangan lokal sebagai solusi pencegahan obesitas yang kini semakin mengkhawatirkan di Indonesia.
Rancangan produk KUKU Chips berawal dari ide untuk mengikuti ajang El Bajo Essay Competition 3 yang diselenggarakan di Labuan Bajo pada 6–7 Oktober 2024. Kompetisi tersebut mengangkat tema “Ide dan Inovasi untuk Membangun Generasi Emas 2045”. Dalam kompetisi ini, peserta diberikan kebebasan untuk memilih subtema sesuai minat dan latar belakang keilmuan masing-masing. Tim mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangkaraya memilih subtema pangan, dan sebagai respons terhadap subtema tersebut, mereka merancang serta mengembangkan produk inovatif berupa KUKU Chips sebagai alternatif camilan sehat berbasis bahan lokal.
Hasilnya membanggakan. Melalui karya ini, tim berhasil meraih juara 1 lomba essay, juara 1 lomba essay subtema pangan, favorite poster, favorite video, best video serta the most favorite poster dalam kompetisi tersebut. Prestasi ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara kreativitas, ilmu gizi, dan potensi lokal mampu menghasilkan produk fungsional yang kompetitif di tingkat nasional.
Tim inovator terdiri atas lima mahasiswa: Permata Muniifah, Permata Sari, Sayyid Muhammad Indra, Muhammad Arya Saputra, dan Nur Sifa. Dengan bimbingan dosen dan melalui proses riset mandiri, mereka mengembangkan produk selama satu bulan, mulai dari pengujian bahan, formulasi resep, hingga produksi awal.
“Awalnya kami melihat kompetisi ini sebagai peluang untuk menyampaikan gagasan kami. Dari situ kami mengembangkan ide menjadi produk nyata, yaitu KUKU Chips,” ujar Permata Sari, salah satu anggota tim.
Seluruh proses produksi dilakukan di Laboratorium Pangan kampus. Daun kelakai, ubi ungu, dan kulit udang diolah menjadi tepung melalui proses pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Tepung tersebut kemudian dicampur dengan tepung jagung dan bumbu alami untuk membentuk adonan. Adonan lalu dicetak tipis, dikeringkan menggunakan dehydrator, dan digoreng hingga menjadi keripik renyah. Produk akhir tidak mengandung bahan pengawet maupun pewarna buatan, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat umum, termasuk penderita obesitas dan pelaku diet sehat.
Produk ini secara resmi diperkenalkan kepada publik melalui rangkaian acara Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang diselenggarakan di lingkungan kampus Poltekkes Kemenkes Palangkaraya pada 28 Maret 2025. Dalam kesempatan tersebut, KUKU Chips tidak hanya dipamerkan sebagai hasil karya inovatif, tetapi juga mulai diperjualbelikan kepada pengunjung sebagai bentuk uji pasar dan edukasi terhadap pentingnya konsumsi camilan sehat. Kehadiran produk ini mendapat antusiasme positif dari mahasiswa, dosen, serta tamu undangan yang hadir.
Menurut data WHO dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), Indonesia mengalami peningkatan signifikan pada kasus obesitas, terutama akibat konsumsi makanan ringan tinggi kalori. Mahasiswa melihat situasi ini sebagai panggilan untuk bertindak. Melalui KUKU Chips, mereka ingin menyediakan alternatif camilan rendah kalori dan tinggi serat yang tetap nikmat serta berbasis bahan lokal.
“Kami ingin menunjukkan bahwa pangan lokal bisa menjadi solusi modern. KUKU Chips tidak hanya sehat, tetapi juga punya nilai budaya,” ungkap Nur Sifa , anggota tim lainnya.
Kelakai, salah satu bahan utama, dikenal masyarakat Kalimantan sebagai tanaman yang kaya antioksidan dan berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh. Penggunaan bahan ini menjadi bentuk pelestarian sekaligus edukasi tentang potensi pangan daerah.
Melalui KUKU Chips, para mahasiswa Poltekkes Palangkaraya membuktikan bahwa inovasi bisa dimulai dari ide kompetisi dan berkembang menjadi produk nyata yang bermanfaat. Mereka berharap karya ini dapat terus dikembangkan dan menjadi bagian dari gerakan nasional untuk mewujudkan Generasi Emas 2045 yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.